Masa lalu dari sejarah kita dapat menjadi pelajaran yang sangat berharga di masa kini sebuah edukasi kemasa depan bahwa Yin Galema adalah sebuah hubungan kasih sayang antar eknis dimana karakter Yin Galema yang merupakan sosok unik yang tidak mungkin dimiliki oleh perempuan masa kini.
Novel Yin Galema adalah sebuah Sejarah Sosial atau lebih tepatnya Sejarah tradisi budaya Belitong pada masa abad ke 17 dimana pengaruh dari berbagai wilayah seputaran Belitong seperti Mataram, Johor, Tumasik Tiongkok ikut membentuk budaya setempat yang akhirnya kita tahu hasilnya sekarang bahawa di Belitong tidak terjadi gejolok antar eknis.
Tulisan di atas adalah kutipan ketika Ian Sancin memperkenalkan Novel Yin Galema di acara Temu Sastra Indonesia pada sabtu 30 Juli 2009, dimana TSI ini menjadi ajang para sastrawan seluruh Indonesia untuk berkumpul membahas seputaran perkembangan Sastra di Negeri ini.
Yin Galema adalah novel yang di persiapan dua tahun untuk riset ditulis selama satu tahun, dimana novel ini brcerita tentang cinta yang tidak pernah mati, cinta yang memberikan kekuatan kasih sayang terhadap sesama .
Novel Yin Galema mengulas tentang perpaduan budaya karakter suku baik Melayu, Cina dan Jawa, Pencarian nilai-nilai luhur spiritual seorang wanita cina di Pulau Belitung menjadi daya tarik tersendiri, dikemas dengan sentuhan budaya serta sejarah lokal Pulau Belitung pada masa abad 16 pemerintahan kerajaan di Pulau Belitung yang rajanya adalah Ki Ronggo Udo berasal dari Jawa. Novel ini sarat akan pesan-pesan menanamkan kecintaan terhadap budaya serta kearifan lokal Bangsa Indonesia
Suatu saat pada 1630, armada pelayaran pencarian kayu gaharu dari Tiongkok mendarat di Pulau Belitong. Turun dari kapal tersebut adalah Yin Galema, seorang putri selir Kaisar Ch’ing yang melarikan diri bersama ayah kandungnya. Dia masih sembilan tahun saat itu, tetapi kecantikannya sudah mulai mencuri perhatian. Armada tersebut disambut baik dan diizinkan menetap oleh penguasa di sana, Raja Balok Cakraningrat I.
Di tanah air barunya ini, Yin dibimbing oleh Ki Ronggo Udo, dan perlahan dia pun tumbuh sebagai sosok wanita Melayu sejati, meski watak putri Tiongkok yang keras kepala tetap melekat. Beranjak dewasa, Yin pun jatuh cinta pada seorang pemuda asuhan Ki Ronggo Udo, yaitu Kanda Badau. Hubungan cinta mereka terlarang dan rahasia, karena Kanda Badau adalah putra selir Raja Balok yang disembunyikan keberadaannya. Apa daya, paras dan kepribadian Yin menarik hati kumbang lainnya, yaitu sang putra mahkota sendiri, Pangeran Mending.
Keberanian dan ketabahan Yin Galema sungguh diuji ketika putri bungsu Raja menuduh Yin berencana merebut takhta raja dengan memperdaya Pangeran. Akankah Yin Galema yang benci dengan aroma kekuasaan kembali mengulangi takdir nahas ibunya, seorang selir Kaisar yang tewas karena cinta? Intrik kerajaan, perang melawan VOC, pembunuhan, peti harta karun, dan cinta segitiga pun mewarnai kisah menawan tentang seorang putri di negeri asing.
Kondisi bertambah pelik ketika keberanian dan ketabahan Yin Galema diuji ketika putri bungsu Raja di saat bersamaan menuduhnya berencana merebut tahkta Raja Balok dengan memperdaya kakaknya, bernama Bang Dulhen yang merupakan Pangeran Mending. Masalah yang tak pernah lepas dari kehidupan Yin Galema sepertinya membuatnya kembali mengulangi takdir nahas ibunya akibat permainan cinta Yin pada dua saudara itu yang sama-sama sudah pernah menikmati tubuhnya, yang membuatnya terkutuk hingga tak ada lagi Bujang yang mau menyentuhnya.
Karya saudara sepupu Andrea Hirata ini tergolong novel sejarah melayu kepulauan awal abad 17 yang belum banyak ditulis dalam cerita fiksi. Novel ini seakan menggugah kesadaran baru tentang sebuah andil keturunan Tionghoa dalam perjalanan sejarah bangsa ini, terutama mereka yang datang dan menetap di pulau Bangka Belitung.
Meski berlatar belakang pergulatan keturunan Tionghoa melawan VOC. Novel ini juga ada bumbu percintaannya. Seting kisah sejarah peradaban zaman dulu yang mewarnai alur cerita, intrik kerajaan, perang melawan VOC, pembunuhan, peti harta karun, dan cinta segitiga mewarnai kisah menawan tentang seorang putri di negeri asing.
Pembaca seolah dituntun untuk mengingat kembali pelajaran sejarah kuno mengenai kerajaan di wilayah Indonesia, seperti Majapahit, Mataram, hingga Samudra Pasai, yang membuat novel ini menjadi nilai plus untuk dimiliki.
Ini sebuah sejarah sosial atau lebih tepatnya sejarah tradisi budaya Belitung pada masa itu, abad ke 17. Di mana pengaruh dari beberapa wilayah seputar Belitung seperti Mataram, Tumasik, Johor, dan lainnya, termasuk Tiongkok ikut membentuk budaya setempat.
Novel ini berangkat dari kisah setengah nyata dan fiksi. Dalam galoran keluarga raja sebenarnya ini tabu untuk dituliskan. Karena menyangkut kehidupan pribadi keluarga Raja Balok, penulis pun harus meminta restu keluarga besar raja Belitong. Sayangnya, karena keterlambatan penerbitan, sesepuh keluarga keluarga raja tersebut telah lebih dulu berpulang sebelum novel ini sempat dibaca beliau. (gir/surabayapost)
Tentang Penulis———————————————-
Ian Sancin lahir di Tanjung Pandan Belitung menetap di Pangkalpinang tahun 1980. Sebagian besar aktivitas kesehariannya adalah membaca dan menulis.
- Tahun 1985 aktif di Teater dan salah satu naskahnya dengan judul Fatamorgana memenangkan lomba pementasan se Kotamadya Pangkalpinang.
- Tahun 1986, ian mulai mempublisir tulisan ke berbagai media, cerpen pertamanya di majalah Famili dengan judul Duka Biru
- Tahun 1991 bergabung dengan kelompok Jurnalis LEMJURI, Jakarta. Tahun 1999 bersama Kelompok Pekerja Sastra Pulau Bangka ikut mensosialisasikan sastra ke berbagai sekolah lanjutan di Bangka.
- Pada tahun 2000, cerpen di Bangka Pos dengan judul Limpai mendapat penghargaan lalu mendirikan Lembaga Kebudayaan AKAR.
- Tahun 2001 bergabung dengan Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI). Puisinya tercatat di beberapa antologi, di antaranya antologi puisi penyair se Sumatera Memburu Makna ke Padang Kata.
- Tahun 2003 bergabung dengan Perkumpulan Demos Jakarta, dalam riset masalah demokrasi di Bangka Belitung.
- Tahun 2003 menjadi peserta aktif Kongres Cerpen se Indonesia Tanjungkarang Lampung.
- Tahun 2004, menjadi anggota tim penulisan buku sejarah Catatan Sejarah Terbentunya Provinsi Bangka Belitung.
- Tahun 2005 menjadi peserta aktif Kongres Cerpen se Indonesia di Pekanbaru Riau.
- Tahun 2006 ikut mendirikan lembaga kajian Pusaran Arus Pemikiran Baru atau Sapir Institute, dan mengemban jabatan direktur bidang Lintas Sosial Budaya.
- Tahun 2007 namanya tercatat di kumpulan Penyair se Indonesia dalam 142 Penyair Menuju Bulan Saat ini aktif menulis serta memberdayakan budaya Bangka Belitung.
Judul : Yin Galema
Penulis : Ian Sancin
Penerbit : Hikmah (PT Mizan Publika)
Cetakan : Juli 2009
Tebal : viii + 587 halaman
Tinggalkan komentar