SURABAYA – Minat baca dan menulis siswa-siswa sekolah dasar sekarang ini sudah cukup tinggi. Hanya saja, kemampuan siswa dalam menulis masih belum terasah dengan baik. Malah ada siswa yang bisa mengungkapkan apa yang ada di benaknya namun tidak bisa menuangkan dalam bentuk tulisan.
Ironisnya, mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan sejak siswa duduk di bangku SD belum banyak membantu mengasah kemampuan mereka dalam menulis. Padahal ada sub topik mengarang dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa tetap saja mengalami kesulitan dalam membuat karangan. Bahkan sering kali enggan melakukannya ketika mendapat tugas dari guru untuk membuat karangan. Sayangnya, keberadaan guru juga tidak terlalu membantu mendorong keinginan siswa untuk menulis.
“Guru seringkali hanya memberi tugas kepada siswanya untuk mengarang tanpa memberi petunjuk teknik maupun langkah-langkah dalam menulis,” kata salah satu penulis muda di Surabaya, Sofie Beatric, dalam Sosialisasi Program Pelatihan Ekstrakurikuler Jurnalistik untuk Siswa Sekolah Dasar se-Surabaya di Auditorium PT Indosat Tbk, Sabtu (25/7/09).
Menurut Sofie, menulis memiliki arti penting bagi anak-anak. Melalui tulisan, anak bisa mendeskripsikan setiap kejadian maupun pengalaman pribadinya. Selain itu, menulis mampu meningkatkan daya imajinasi, kepedulian terhadap lingkungan serta kepekaan pada situasi. Melalui tulisan, anak juga bisa bersikap kritis terhadap informasi yang diterima dan mampu menganalisa.
“Menulis juga membuat anak mudah beradaptasi dan menumbuhkan rasa percaya diri,” kata Sofie.
Karena itulah, orangtua turut memegang peran penting dalam mendorong anak untuk bisa menulis. Selain itu, keberadaan komunitas-komunitas maupun klub penulis juga mampu membantu mengembangkan kemampuan anak dalam menulis. Karena itu, kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik di sekolah bisa membantu mengembangkan kemampuan anak untuk menulis.
Wakil Ketua Pelaksana Pelatihan Jurnalistik, Rudy Purnomo, seorang jurnalis otomatis juga penulis. Sementara penulis belum tentu berprofesi sebagai jurnalis.
“Menulis itu mudah, tapi mengawalinya yang sulit. Kemampuan menulis inilah yang ingin kami kembangkan sejak anak-anak berusia dini. Salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik,” kata Rudy.
Dalam sosialisasi kemarin, IPJI mengundang 250 kepala SD negeri maupun swasta di Surabaya. Melalui sosialisasi tersebut, IPJI berharap sekolah-sekolah di Surabaya, terutama di jenjang pendidikan dasar, akan terdorong mengadakan ekstrakurikuler jurnalistik untuk mengembangkan kemampuan menulis anak-anak.
IPJI sendiri siap melakukan pendampingan ke sekolah-sekolah dengan memberikan pelatihan jurnalistik maupun penyusunan majalah dinding atau buletin sekolah. (rey/ Sumber HArian Surabaya Post)
Berita Terkait:
Tinggalkan komentar